A.
MANAJEMEN
Manajemen
merupakan suatu strategi untuk melakukan pekerjaan dengan benar agar mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dan terdiri dari proses dari kegiatan-kegiatan, dimulai
dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, hingga mengatur/mengendalikan.
1.
LATAR
BELAKANG SEJARAH MANAJEMEN
Manajemen berasal dari
bahasa Prancis kuno “ménagement”
yang artinya seni mengerjakan dan mengendalikan. Dalam bahasa Italia “maneggiare” yang artinya
“mengatur”
terutama dalam konteks mengatur kuda, yang berasal dari bahasa Latin “manus” yang artinya “tangan”.
Manajemen telah ada
sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di
Mesir. Piramida dibangun oleh lebih dari 100.000 ribu orang selama kurang lebih
20 tahun. Piramida tidak akan berhasil dibangun jika tidak adanya orang yang
peduli yang dijadikan sebutan bagi manajer pada saat itu, merencanakan apa yang
harus dilakukan, mengorganisir manusia dan bahan bakunya, memimpin serta
mengarahkan para pekerja, dan mengendalikan guna menjaminnya.
·
PEMIKIRAN
AWAL MANAJEMEN
Terjadi dua peristiwa
penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa itu pertama kali terjadi pada
tahun 1776, saat itu Adam
Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, “The Wealth of Nation”.
Dalam bukunya, ia menjelaskan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh
organisasi dari pembagian kerja (Division
of Labor), yaitu penjelasan pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik
dan berulang-ulang. Sebagai contoh yaitu menggunakan industri pabrik peniti, Adam Smith mengatakan bahwa dengan
sepuluh orang dari masing-masing melakukan pekerjaan khusus.
Perusahaan peniti
tersebut menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam kurun waktu sehari. Tetapi,
jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan,
sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan dua puluh peniti sehari. Lalu,
Adam Smith menyimpulkan bahwa
pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan, meningkatnya
keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, menghemat waktu yang terbuang
dalam pergantian tugas, dan menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat
menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting yang kedua mempengaruhi
perkembangan ilmu manajemen adalah terjadi Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai
dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang megakibatkan pindahnya
kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut "Pabrik”. Perpindahan ini mengakibatkan
manajer-manajer saat itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka
meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan
tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga
ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
·
ERA
MANAJEMEN ILMIAH
Pada era ini ditandai
dengan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick
A. Halsey, dan Harrington
Emerson. Manajemen ilmiah dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya, “Principles of Scientific
Management”, pada tahun 1911. Taylor
mendeskripsikan manajemen ilmiah sebagai "Penggunaan Metode Ilmiah untuk Menentukan Cara Terbaik dalam
Menyelesaikan Suatu Pekerjaan". Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun
terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen moderen.
Perkembangan manajemen
ilmiah juga didorong oleh munculnya pemikiran baru dari Henry Gantt dan keluarga Gilberth. Henry Gantt yang pernah bekerja bersama dengan Taylor di Midvale Steel
Company, menyampaikan ide bahwa seharusnya seorang mandor mampu memberi
pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin dan kooperatif. Ia juga
mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai “Gantt
Chart” yang digunakan untuk merancang dan mengendalikan pekerjaan.
Sementara itu, pasangan dari suami-istri Frank dan Lillian
Gilbreth berhasil menciptakan “Micromotion”, sebuah alat
yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya
waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Alat ini
digunakan untuk menciptakan sistem produksi yang lebih efesien.
Era ini juga ditandai
dengan hadirnya teori administratif,
yaitu teori mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh para manajer dan
bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20,
seorang industriawan Perancis bernama Henri Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen:
merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan
Fayol itu kemudian mulai digunakan
sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950,
dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14
prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi
inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting
lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Ia menggambarkan suatu tipe ideal organisasi
yang disebut sebagai birokrasi.
Bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan
dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang
impersonal. Namun, Weber menyadari
bahwa bentuk birokrasi yang ideal itu tidak ada dalam realita. Dia
menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai
landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam
kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak
organisasi besar sekarang ini.
Perkembangan
selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an saat Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang
merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset
operasi, sering dikenal dengan "manajemen sains", mencoba pendekatan
sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan
operasi. Pada tahun 1946, Peter
F. Drucker sering disebut sebagai “Bapak
Ilmu Manajemen“ menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen
terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku
ini muncul atas ide Alfred Sloan yang
menugaskan penelitian tentang organisasi.
·
ERA
MANUSIA SOSIAL
Era manusia sosial
ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (Behavioral School) dalam pemikiran
manajemen di akhir era manajemen sains. Mahzab perilaku tidak mendapatkan
pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran mahzab
perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal
sebagai eksperimen Hawthorne.
Eksperimen Hawthorne dilakukan pada tahun 1920-an
hingga 1930-an di Pabrik Hawthorne milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini
awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu
terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata
insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih
sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan
kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti
menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu
utama perilaku kerja individu.
Kontribusi lainnya
datang dari Mary Parker Follet.
Follett (1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu
politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul “Creative
Experience” pada tahun 1924. Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi
sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang
pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya
dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa
organisasi harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan
demikian, manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra,
bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis
buku berjudul “The Functions of the Executive” yang menggambarkan sebuah
teori organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat
sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi "efektif-efisien". Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan
pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat
terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu yang
menjadikan kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi sebagai elemen universal,
sementara itu pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan
pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori "penerimaan otoritas" yang didasarkan pada gagasan bahwa atasan
hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritasnya.
·
ERA
MODERN
Era modern ditandai
dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (Total Quality management/TQM).
Pada abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling
terkenal di antaranya W. Edwards Deming
(1900–1993) and Joseph Juran (lahir
1904).
Deming,
orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol
Kualitas di Jepang. Deming
berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari
kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan
kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat
bila kualitas dapat ditingkatkan, biaya akan berkurang karena berkurangnya
biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang
lebih baik atas waktu dan material, produktivitas meningkat, pangsa pasar
meningkat karena peningkatan kualitas dan penurunan harga, profitabilitas
perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis, jumlah pekerjaan
meningkat. Deming mengembangkan 14
poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang
dari Joseph Juran. Ia menyatakan
bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat
dikontrol oleh manajemen. Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen
yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran
mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas
yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat solusi dan
diimplementasikan.
2.
FUNGSI
DAN PROSES MANAJEMEN
Fungsi
dasar manajemen yaitu :
·
Perencanaan
(Planning)
Menyangkut serangkaian
kegiatan yang berdasarkan pemahaman yang mendalam terhadap semua factor yang
terlibat dan yang diarahkan terhadap sasaran khusus.
Kegiatan:
(1) menetapkan tujuan, (2) merumuskan strategi, (3) menentukan SDM dan SDA, (4)
menetapkan standar keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis.
·
Pengorganisasian
(Organization)
Setelah perencanaan,
langkah selanjutnya yaitu menciptakan organisasi. Pengorganisasian merupakan
proses menyangkut strategi dan teknik yang telah direncanakan sebuah struktur
organisasi yang tepat.
Kegiatan:
(1) mengalokasikan sumber daya, merumuskan, menetapkan tugas atau prosedur yang
diperlukan, (2) menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis
kewenangan dan tanggungjawab, (3) rekruitmen, (4) kegiatan penempatan SDM pada
posisi yang tepat.
·
Pengarahan
(Directing)
Proses melaksanakan
program agar dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses motivasi
agar semua pihak dapat menjalankan tanggungjawab dengan penuh kesadaran dan
produktivitas yang tinggi.
Kegiatan:
(1) memberikan tugas dan penjelasan rutin, (2) menjelaskan kebijakan yang
ditetapkan, (3) implementasi proses kepemimpinan, pembimbingan, pemberian
motivasi pada tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam tugas.
·
Pengawasan
(Controlling)
Proses yang dilakukan
untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,
diorganisasikan, dan diarahkan agar dapat berjalan sesuai dengan target yang
diharapkan.
Kegiatan:
(1) evaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai
dengan indicator, (2) mengambil langkah klarifikasi dan koleksi atas
penyimpangan yang mungkin terjadi, (3) melakukan berbagai macam alternative solusi
atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis.
3.
CIRI-CIRI
MANAJER PROFESIONAL
Ciri-ciri manajemen
profesiona yaitu:
1. Berbudaya
korporat: transparansi, independensi, responsif, akuntabilitas, dan
kejujuran.
2. Dukungan
manajemen puncak.
3. Bermanfaat
untuk kepentingan internal dan juga eksternal organisasi.
4. Berorientasi pada
masa depan dengan pendekatan holistik.
5. Berdimensi
jangka panjang dan bersinambung.
6. Sistem
nilai-prinsip efisiensi dan efektivitas.
7. Dilakukan
secara terencana/terprogram.
8. Monitoring
dan evaluasi serta umpan balik.
9. Penggunaan
teknologi tepatguna.
10. Kepemimpinan
dalam membangun komitmen.
11. Partisipasi
aktif semua anggota.
12. Kerjasama
Tim.
13. Pemberian
penghargaan pada tiap karyawan yang berprestasi
4.
KETERAMPILAN
MANAJEMEN YANG DIBUTUHKAN
1.
Keterampilan
Kemanusiaan (Human Skill)
Keterampilan
kemanusiaan atau yang lebih terkenal dengan keterampilan berkomunikasi antar
manusia (interpersonal skills) adalah keterampilan yang seringkali
diabaikan oleh para manajer, terutama bagi para manajer yang baru naik
jenjangnya dalam organisasi. Keterampilan kemanusiaan ini sangat diperlukan
untuk menjaga hubungan baik dengan atasan langsung maupun dengan bawahan.
Dengan komunikasi yang persuasive akan membuat bawahan merasa dihargai dan
mereka akan bekerja lebih baik dan bersikap lebih terbuka kepada atasannya.
Keterampilan berkomunikasi ini diperlukan baik pada tingkatan manajemen atas,
menengah, maupun bawah.
2.
Keterampilan
Teknis (Technical Skills)
Keterampilan ini
merupakan bekal bagi para manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan
teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu
misalnya memperbaiki mesin, membuat kursi, membuat jadwal kerja dan
keterampilan teknis lainnya.
3.
Keterampilan
Konseptual (Conceptual Skill)
Kemampuan untuk merinci
permasalahan menjadi beberapa bagian yang lebih spesifik sehingga dapat dilihat
kaitan antara masing-masing bagian tersebut, serta mengetahui dampak dari
setiap permasalahan bagi orang lain.
B. ORGANISASI
Organisasi
adalah sekumpulan dari individu-individu yang bekerjasama untuk mencapai suatu
target tertentu.
1.
PENTINGNYA
MENGENAL ORGANISASI
Dalam sebuah teori di
jelaskan bahwa pentingnya organisasi itu diibaratkan sebuah mesin yang bisa
mempercepat kita untuk lebih belajar arti dari sebuah proses, baik itu
oraganisasi formal maupun non formal karena didalamnya terdapat sebuah
pembelajaran bagi pribadi kita bagaimana cara menjadi seorang pemimpin,
pembelajaran akan pentingnya Organisasi. Memahami pengertian organisasi penting
karena dapat membantu kita untuk membentuk suatu tim kerja atau aktifitas
tertentu. Organisasi identik dengan invidu ataupun sekelompok individu yang
terstruktur dan sistematis yagn tergabung dalam suatu sistem.
Siapapun memerlukan pengalaman
dalam organisasi, ini dikarenakan manusia adalah makhluk sosial yang pasti akan
berinteraksi dengan yang lain. Dengan bekerja sama dengan yang lain maka
pekerjaan akan terasa lebih ringan. Selain itu pekerjaan atau tugas akan lebih
cepat terselesaikan dibandingkan kita hanya bekerja seorang diri.
2.
BENTUK-BENTUK
ORGANISASI
·
Organisasi Lini (Line
Organization)
Diciptakan oleh Henry Fayol, Organisasi lini merupakan
suatu bentuk dari organisasi yang berhubungan langsung secara vertikal antara
atasan dengan bawahan, sejak dari pimpinan tertinggi sampai dengan
jabatan-jabatan yang terendah, antara eselon satu dengan eselon yang lain
masing-masing dihubungkan dengan garis wewenang atau komando. Organisasi ini
sering disebut dengan organisasi militer. Organisasi Lini hanya tepat dipakai
dalam organisasi kecil. Contohnya : Perbengkelan, Warung Kopi, Warteg, Rukun
tetangga.
·
Organisasi Lini dan Staff (Line
and Staff Org)
Yaitu gabungan dari
organisasi lini, asas komando dipertahankan tetapi dalam kelancaran tugas
pemimpin dibantu oleh para staff, dimana staff berperan memberi masukan,
bantuan pikiran saran-saran, data informasi yang dibutuhkan
·
Organisasi Fungsional (Functional
Org)
Diciptakan oleh Frederick W. Taylor, Organisasi ini
disusun berdasarkan sifat dan macam pekerjaan yang harus dilakukan, masalah
pembagian kerja merupakan masalah yang menjadi perhatian yang sungguh-sungguh.
·
Organisasi Lini dan Fungsional (Line
and Functional Org)
Suatu bentuk organisasi
dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada perkepala unit
dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu dan selanjutnya pimpinan tertinggi
tadi masih melimpahkan wewenang kepada pejabat fungsional yang melaksanakan
bidang pekerjaan operasional dan hasil tugasnya diserahkan kepada kepala unit
terdahulu tanpa memandang eselon atau tingkatan.
·
Organisasi Lini, Fungsional, dan
Staff (Line, Functional, and Staff Org)
Organisasi ini merupakan perkembangan
lebih lanjut dari organisasi berbentuk lini dan fungsional.
·
Organisasi Komite (Commite Org)
Suatu organisasi dimana tugas
kepemimpinan dan tugas tertentu lainnya dilaksakan secara kolektif.
3.
PRINSIP-PRINSIP
ORGANISASI
1.
Merumuskan
Tujuan
Merumuskan tujuan yaitu
untuk mencapai hasil yang diinginkan di masa yang akan datang dengan
diadakannya organisasi.
2.
Pembagian
Kerja
Prinsip dari organisasi
salah satunya yaitu dengan pembagian kerja. Pembagian kerja ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan diantara anggotanya yang kemudian melakukan koordinasi
diantara berbagai departemen atau kelompok yang berbeda-beda.
3.
Pendelegasian
Kekuasaan/Wewenang
Pendelegasian kekuasaan
dapat menyelesaikan perkerjaan lebih banyak ketimbang dikerjakan sendiri. Terkadang
bawahan lebih memiliki keahlian lebih dibandingkan dengan atasan. Maka dari
itu, dibentuklah pendelegasian wewenang terhadap suatu organisasi.
4.
Tingkat
Pengawasan
Prinsip ini merupakan
salah satu fungsi dari manajemen dalam suatu organisasi. Dengan artian yaitu
suatu proses mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan.
5.
Rentang
Manajemen
Dalam suatu organisasi,
rentang manajemen diperlukan agar suatu efektivitas dan efesiensi dari seorang
pemimpin dapat menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin..
6.
Kesatuan
Perintah
Dalam organisasi, karyawan harus
memperhatikan prinsip kesatuan perintah ini agar pekerjaan dapat dilaksanakan
dengan baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab atas
wewenang yang didapatkannya.
7.
Koordinasi
Koordinasi dalam
organisasi dapat melakukan pekerjaan menjadi sangat penting karena seseorang
tidak mungkin dapat melakukan pekerjaannya sendiri, dan keberhasilan membangun
koordinasi tersebut dipengaruhi oleh kuatnya relasi horisontal dan relasi
vertikal. Relasi secara horisontal dilakukan antara sesama pegawai yang setara,
sementara relasi vertikal terbangun antara pegawai dengan atasan atau dengan
level yang lebih tinggi.
4.
KETERAMPILAN
MANAJEMEN YANG DIBUTUHKAN
1.
Technical
Skills
Merupakan kemampuan
untuk mengaplikasikan pengetahuan, metoda, atau teknik spesifik dalam bidang
spesialisasi tertentu. Keterampilan ini merupakan pemahaman dan kecakapan
melakukan aktivitas pekerjaan yang berhubungan dengan bidang khusus atau
pekerjaan tertentu.
2.
Conceptual
Skills
Kemampuan untuk
memandang dan memahami suatu persoalan, suatu issue atau organisasi secara
keseluruhan dan mengordinasikan serta memadukan semua bagian-bagiannya yang
saling terkait untuk kepentingan atau kegiatan organisasi.
3.
Soft
Skills
Merupakan keterampilan
mengelola diri sendiri dan bersosialisasi dengan orang lain yang didasarkan
pada nilai-nilai yang dianut dalam kehidupan seseorang, termasuk didalamnya
tentang pola pikir (mindset), sistem
kepercayaan (belief system), kematangan
emosi (emotional maturity), dan
kepercayaan diri (self confidence) seseorang.
5.
SEBAB
KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN ORGANISASI
·
Tujuan
·
Komunikatif
·
Tanggung jawab
·
Peluang untuk maju
·
Kepemimpinan
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
http://masgatto.com/bentuk-bentuk-organisasi/
https://sites.google.com/site/manajemendanorganisasi/
https://www.facebook.com/permalink.php?id=659957540694993&story_fbid=747952878562125
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=566476573398936&id=470682349645026